Jumat, 20 September 2013

kemping,

saat-saat yang menyenangkan saat kita menapaki jalan yg terjal tuk mencapai tujuan,rasa lelah yang tak terbantahkan tapi tak membuat untuk kita menyerah
kita adalah sahabat saat ini dan selamanya.



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjoRAx1qLVU7uG9-wRk-ujY97wnPtoEoKI5Qn9unv04agQHUQwZO5wUdQrJ5r0W0_wrWWh3qwPSSntH4uPBOWdGJ5EgVE68qXcPMOUmquIWVzAg3HIj2uN6g5RiJoH_keDs1O7Q4zBngpK/s1600/kujang.pngKUJANG,kukuh pengkuh kana janji,ku djawa Hyang,Kudi Hyang

Kamis, 19 September 2013

1. Aku dilahirkan dalam pawenangan ini bukanlah kehendak Ibu dan/atau Bapak, melainkan atas kehendakNya (KersaNing) Tuhan Yang Maha Esa dilengkapi dengan lahir dan batin, yang terserahlah kepada Aku, untuk menggunakan menurut kehendaknya sendiri.
2. Namun demikian kekuasaan Tuhan secara mutlak berlaku atas semua UmatNya tanpa terkecuali dan berlaku sepanjang masa. Siapa yang memegang api akan terbakar. Siapa yang menanam kebaikan akan mengunduh kebaikan.
3. Meskipun kelahiran Aku, atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa, namun kenyataan Aku dilahirkan dan dibesarkan oleh Ibu dan Bapak penuh dengan kasih sayang dengan cara:

a.    Berdo’a terhadap Tuhan.
b.    Memeras tenaga dan keringat.
c.    Memeras akal dan pikiran.
d.    Mengerahkan segala daya upaya, serta hidup dan kehidupannya untuk keselamatan dan kelangsungan hidup anak keturunannya.
4. Hal tersebut di atas mewajibkan kita menghormati dan menjunjung tinggi derajat Ibu dan Bapak, dengan jalan dan cara:
+    Sehat lahir batinnya.
+    Baik kelakuannya.
+    Benar pengetahuan/pekertinya.
+    Pintar Akunya dalam segala tekad, ucap dan lampah mencukupi sifat manusianya yang berguna bagi dunia dan isinya.
+    Selamat hidup manunggal dengan Tuhannya.
5. Gumulungnya ci-sir Ibu dan ci-sir Bapak (sirna-ning sir Ibu dan Bapak) mewujudkan badan jasmani yang unsur-unsurnya adalah:
Sari patinya api yang menjadi darah daging.
Sari patinya angin yang menjadi kulit bulu.
Sari patinya air yang menjadi balung sungsum.
Sari patinya bumi yang menjadi isinya badan.
menimbulkan juga nafsu-nafsu:
dari api menjadi nafsu amarah
dari angin menjadi nafsu sawiah
dari air menjadi nafsu loamah
dari bumi menjadi nafsu mutma’innah
+    Nafsu amarah menghidupkan nafsu bekerja dan berjuang.
+    Nafsu sawiah menghidupkan nafsu kemajuan bekerja dan berkeluarga.
+    Nafsu loamah menghidupkan nafsu usaha untuk kekayaan duniawi.
+    Nafsu mutma’innah menghidupkan pemusatan nafsu-nafsu tersebut untuk tercapainya segala tujuan.
Apabila nafsu-nafsu itu terkendalikan dengan budi pekerti baik, maka timbullah perbuatan-perbuatan: berani karena benar, sabar tawakkal, temen tinemenan, dan tetap benar.
6. Namun sebaliknya, apabila Aku tidak dapat mengendalikan nafsu-nafsu itu secara wajar, bahkan dikuasai oleh nafsu-nafsu itu sendiri, maka Aku akan menjadi:
Galak: dikuasai nafsu hewani.
Loba tamak: dikuasai nafsu duniawi.
Adigung adiguna: dikuasai nafsu robani.
Kejam: dikuasai nafsu setan.
Barang siapa menjadi budaknya nafsu:
Hewani: berjiwa hewan
Duniawi: benjiwa dunia (benda)
Robani: berjiwa iblis
Setani: berjiwa setan
Aku yang dapat memilih antara yang wajib dan yang tidak wajib adanya pada sifat Tuhan Yang Maha Esa, akan mempunyai budi pekerti sebagai berikut:
+    Cinta terhadap sesamanya.
+    Tolong menolong antar sesamanya.
+    Membimbing dan membina sesamanya untuk kesejahteraan hidup lahir batin.
+    Merasakan terhadap sesamanya untuk adanya kerukunan dan persatuan.
7. Barang siap mengenal Ibunya, ia tidak akan merendahkan kaum wanita. Ia akan berusaha agar sehat lahir batinnya demikian pula untuk anak dan keturunannya.
Ia akan meluhurkan Ibu Pertiwi, asal dan kemana jasadnya akan kembali, dan dari mana pula ia memperoleh sandang, pangan dan papan untuk kecukupan kehidupan dan penghidupannya.
Barang siapa mengenal Bapaknya, tentu tidak akan merendahkan kaum pria. Ia akan berusaha, akan baik adatnya mempunyai harga diri sebagai manusia yang berharga dalam lingkungan hidup bersama (Masyarakat Bangsa dan Negara).
Ia akan meluhurkan bahasa dan budi daya Bangsanya, leluhurnya yang telah memberikan enak dan kepenaknya penghidupan dan kehidupan.
8. Apa yang tersebut di atas pada hakekatnya meletakkan dasar kewajiban Kaula Gusti untuk:
Cinta terhadap orang tua dan keturunan,
Cinta terhadap Ibu Pertiwi (Cinta terhadap tanah air),
Cinta terhadap diri sendiri dan Masyarakat Bangsa dan Negara,
Cinta terhadap Leluhur.
Untuk mengisi Kemerdekaan Nusa Bangsa dan Negara sesuai dengan kepribadiannya seperti yang dikaruniakan Tuhan Yang Maha Esa kepada umat-Nya.